Selasa, 11 Mei 2010

Proses Hujan Buatan

Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).

Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah.

Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.
Bahan semai adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam awan dalam proses hujan buatan. Ada 2 jenis bahan yang dipakai yaitu higroskopik dan glasiogenik.
Baham semai higroskopis dapat menarik uap air dari sekelilingnya dan membentuk tetes-tetes air yang kemudian ikut berperan di dalam proses pembentukan butir-butir hujan di dalam awan. Dengan penambahan bahan ini, awan semakin cepat matang. Volume awan menjadi lebih besar dari biasanya. Akibatnya air hujan yang dihasilkan dari awan ini semakin banyak. Tidak semua awan dapat dikenai perlakuan dengan bahan semai ini. Hanya awan cumulus dengan kriteria-kriteria tertentu yang dapat disemai.

Bahan semai glasiogenik adalah bahan yang dapat menghasilkan es. Bahan ini diterbarkan di atmosfer pada ketinggian di atas freezing level. Pada lapisan ini banyak terdapat uap air lewat dingin (super cooled moisture) yang dapat membeku secara alami karena lingkungan yang amat bersih. Dengan penambahan bahan glasiogenik uap air ini membeku dengan cepat. Es yang turun ke lapisan lebih rendah perlahan-lahan mencair dan menambah jumlah air hujan yang turun kepermukaan bumi.

Bahan-bahan ini disebar dengan bantuan Pesawat terbang, Roket, dan disebar dari daerah tinggi (misal : puncak gunung). Penyebaran bahan bibit hujan tadi, harus memperhatikan kondisi yang akurat tentang arah angin, kelembaban dan tekanan udara, peluang terjadinya awan.
Dengan teknologi ini, pesawat yang dibutuhkan untuk menemai awan tidak perlu besar, cukup pesawat kecil yang dilengkapi dengan 24 tabung flare perak iodida yang di pasang di sayap pesawat terbang dan bak peluncur roket. Setelah posisi awan, arah dan keepatan angin diketahui pesawat pun menuju awan potensial dan flare pun mulai dinyalakan dengan mematik listrik otomatis dari kokpit pesawat. Setelah itu tinggal menunggu hasilnya.

Proses, bahan dan Caranya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar